GEGAS.CO || ROHUL – Deforestasi yang kian masif di kawasan hutan lindung Bukit Suligi, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Riau, menjadi sorotan tajam berbagai pihak.
Aktivitas alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit dinilai telah merusak kawasan hutan primer yang sangat vital bagi keberlangsungan lingkungan hidup.
Sekretaris Jenderal Pemuda Tri Karya (PETIR) Andhi Harianto, menegaskan bahwa kerusakan hutan yang terjadi tidak terlepas dari lemahnya pengawasan serta indikasi pembiaran oleh pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab.
“Dalam beberapa tahun terakhir, luas tutupan hutan terus menurun dan beralih menjadi perkebunan sawit. Hal ini berdampak langsung pada menurunnya daya dukung dan daya tampung lahan serta sungai di wilayah tersebut,” ujarnya.
Andhi juga menyoroti lemahnya pengawasan dari Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Suligi Batu Gajah sebagai garda terdepan dalam pengawasan hutan, serta Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau yang memiliki kewenangan atas perizinan kehutanan.
“Fakta di lapangan menunjukkan bahwa hutan yang begitu luas bisa dijarah hingga porak poranda. Yang menjadi pertanyaan, mungkinkah masyarakat biasa mampu memiliki kebun puluhan hingga ratusan hektare tanpa keterlibatan pihak lain?” katanya.
Andhi juga menyoroti pemberitaan yang baru-baru ini viral di media sosial sebagai gambaran rusaknya sistem pengawasan dan penindakan. Menurut dia, terlepas dari benar atau tidaknya informasi tersebut, fakta bahwa perambahan telah berlangsung selama belasan tahun tanpa terdeteksi menunjukkan adanya kegagalan sistemik.
“Ini menjadi catatan buruk bagi kita semua. Mengapa kegiatan yang telah berlangsung bertahun-tahun bisa luput dari pengawasan para pihak yang digaji negara untuk menjaga hutan kita?” tanyanya.
PETIR mendesak agar pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap regulasi pengelolaan hutan, termasuk memperjelas status kawasan yang seharusnya dilindungi agar tidak mudah dialihfungsikan.
“Saya khawatir, hutan Bukit Suligi kita hanya tinggal nama. Semuanya bisa habis dirusak oleh segelintir orang atau korporasi. Dampaknya akan dirasakan oleh anak cucu kita di masa depan,” pungkas Andhi. * (Marden)
