BALIHO DAN PILKADA

PILKADA GUBRI sesaat lagi. Bakal calon sudah tebar pesona. Poster sang pemimpin yang digadang gadang bersiliweran. Siang malam pemilih disuguhkan dengan foto mereka.
Tiang tiang kokoh papan iklan habis dipesan. Ada yang satu bulan. Ada yang lebih. Tergantung seberapa tebal kantong si calon. Baliho dan spanduk isi ruang ruang publik. Terkadang satu titik ruas jalan ada belasan baliho. Semua ingin terlihat paling bagus.
Umumnya spanduk baliho diisi foto. Nama kandidat balon ditulis rapi. Partai pengusung dan sang wakil pun dipampang jelas. Slogan slogan terbaik disuguhkan. Demokrasi memang penuh warna warni.
Baca Lainnya :
- Koalisi Masyarakat Sipil Riau: Tolak Revisi UU Pilkada!0
- Kepala Staf Korem 121/Abw Resmi Tutup TMMD Reguler Ke 121 Kodim 1210/Landak0
- Dugaan Penyelewengan Dana PI Rp3,5 T, Ratusan Demonstran Desak Kejati Periksa SF Hariyanto0
- LP-KPK Riau Laporkan Dugaan Korupsi Internet Kominfo Siak0
- Demo di Mabes Polri, Aliansi Petani Kampar: Tangkap dan Tahan Caleg Terpilih Terduga Mafia Tanah0
Design tata letak dan warna diseting seapik mungkin. Dipilih foto dengan wajah terbaik. Pose senyum terindah yang layak cetak. Semua dipersiapkan untuk menampilkan branding terbaik.
Tak cukup mata pemilih dihipnotis dengan foto gagah dari kandidat saja. Alam bawa sadar pemilih pun mulai dijamah. Janji dan harapan diumbar kepada pemilih.
Masing masing kandidat ngin berpesan secara abstrak. "Akulah yang terbaik".
Maraknya baliho dan spanduk adalah potret demokrasi hari ini. Baliho dan spanduk masih dianggap salah satu senjata ampuh menarik pemilih di kantong kantong suara.
Tatap muka lewat rapat rapat akbar saat ini mulai tidak digandrungi. Kecuali bertebar hadiah dan doorprice. Lalu diselingi dengan acara musik. Bisa dipastikan bakal ramai didatangi massa. Datang dengan berbagai tujuan.
Diskusi publik lewat debat intelektual di kampus kampus. Atau forum forum para pemikir dan cendikiawan jarang tersentuh.
Pemaparan visi misi hanya ada di saat debat yang di taja KPUD. Itupun di ujung ujung pesta demokrasi.
Sebagai pemilih kita berharap bedah visi misi masing masing kandidat bisa diuji di forum terbaik. Ada banyak lembaga kampus. Ada banyak lembaga profesi. Ada banyak lembaga kepemudaan. Ada begitu banyak komunitas. Mereka inilah pemilih. Sang pemilik suara. Rasanya tidak layak sebagai pemilih hanya disodorkan dengan baliho dan spanduk. Lalu nanti berulang lagi setiap 5 tahun.
Tampilan orisinalitas pemikiran, komunikasi dan bahasa tubuh sama sekali tidak terlihat di baliho dan spanduk. Komunikasi verbal lewat tatap muka dan rekam jejak lebih bisa dijamin untuk menilai karakter seorang pemimpin.
Berikan ruang kecerdasan pada diri kita sendiri. Hibahkan suara kita pada kandidat yang pantas. Sebab hibah suara itu hanya terjadi 5 tahun sekali. Pilih pemimpin karena kepribadian dan kesantunannya. Pemimpin harus cerdas, integritas tinggi, komunikasinya elok, rekam jejaknya bagus. Dan spanduk dan serta baliho tidak bisa mewakili hal tersebut. **
- Pekanbaru, Jumat, 23 Agustus 2024.
* Penulis : Inisiator dan Founder #RiauNaikKelas
