REALITAS POLITIK YANG BRUTAL

SEMUA orang akan menaruh rasa hormat kepada kebijakan dan tindakan yang benar. Perilaku yang mengemukakan relasi kekuasaan, tentu saja akan mengusik rasa keadilan kita.
Sangat mengejutkan postingan Dr Afni Z, Cabup Siak dengan suara terbanyak-jika belum boleh dikatakan bupati terpilih-karena pembatalan dirinya menjadi pemateri di sebuah forum komunitas remaja kreatif.
Pembatalan sepihak ini bukan tanpa sebab.
Baca Lainnya :
- Dirlantas Kembali Cek Jalan Lintas Riau-Sumbar0
- Promo Spesial Akhir Tahun JCO x BRI, Beli 2 Gratis 10
- Sabrina, Virtual Assistant Siap Berikan Informasi Seputar Produk Produk BRI0
- Demo PMII di Gerbang Mapolda Riau Sempat Ricuh0
- Satgas Pamtas RI-RDTL Yonarhanud 15/DBY Berbagi Kebahagiaan Natal dengan Warga Desa Eban0
Komunitas mendapat tekanan untuk menganulir Dr Afni sebagai pemateri. Awalnya komunitas diminta untuk tidak mempublikasi kegiatan yang melibatkan Afni. Tekanan meningkat untuk membatalkan kehadirannya. Wow..
Tekanan ini datang dari seseorang yang berjabatan kepala dinas. Alasannya politik di Siak belum kondusif. Padahal tema diskusi tidak menyangkut paut sama sekali dengan politik. Afni diundang sebagai seorang akademisi dan praktisi lingkungan. Afni punya legitimasi untuk berbicara terkait itu. Apalagi dia juga orang yang lahir dan besar di kampung ini.
Peristiwa yang dialami Afni Z itu sangat mengusik rasa keadilan dan akal sehat kita, di mana unsur kekuasaan di daerah ini telah mempraktikkan tindakan paling brutal. Setidaknya ada beberapa hal yang menjadi catatan publik atau perlu dibukukan dalam benak publik bahwa kekuasaan di sini pernah menghambat aktivitas intelektual secara brutal.
Pertama, pelarangan publikasi. Upaya ini tentu saja telah menginjak-injak kebebasan pers, melanggar keterbukaan informasi publik, dan mengekang kreatifitas konten creator. Apalagi alasan pelarangan publikasinya hanya karena tidak ingin aktivitas Afni diketahui publik.
Kedua, mencekal Afni. Padahal Afni merupakan seorang akademisi. Mencekal Afni sama dengan memasung kebebasan berbicara. Pihak yang mencekal ini justru bisa disebut pengkhianat intelektual.
Ketiga, keempat dan seterusnya mungkin bisa ditambahkan sendiri.
Namun begitu, pencekalan terhadap Afni Z cukup membuka mata publik bahwa oknum di pemerintahan ini telah menyeret aktifitas intelektual ke ranah politik praktis secara brutal. Publik tentu mengetahui "perang" Pilkada belum usai, bahkan masih berkecamuk, antara kubu 02 Afni -Syamsurizal dengan kubu 03, petahana.
Afni unggul 224 suara berdasarkan pleno KPU Siak. Petahana belum menyerah, masih sedang berupaya ke MK dan meyakini ada PSU dan jika PSU meyakini diri menang. Akhirnya bisa berkuasa kembali. Dalam konteks ini biasa saja. Politik. Memang jalurnya begitu.
Karena itu, saya melihat, dalam proses yang masih berjalan segala tentang Afni sepertinya dianggap musuh. Meskipun Afni sendiri telah menawarkan ishlah, paling tidak untuk mendinginkan suasana para pendukung. Upaya ini belum mendapat respon dari petahana.
Dalam proses ini pula, ada dua komunitas yang mengundang Afni untuk menjadi pembicara. Bagi Afni, berbicara di depan komunitas ini adalah kebiasaannya, sehingga ia tidak berpikir bahwa forum ini dibawa ke ranah politik.
Karena terlanjur menganggap musuh tadi, maka segala instrumen yang memungkinkan, diberdayakan untuk menghalang-halangi Afni. Oknum Kadis ini lupa kalau dampak pencekalan yang dilakukannya ini justru menguntungkan bagi Afni dan merugikan petahana secara politis.
Dalam peristiwa ini, Afni menjadi korban kezaliman kekuasaan, tentu psikologi massa lebih bersimpati kepada Afni. Justru rasa tidak suka publik bertambah kepada pihak yang mencekal.
Pertanyaan berikutnya, kenapa anggota DPRD Siak diam? Di mana mereka? apakah mereka menganggap enteng masalah ini? Dari kemarin kita belum melihat respon anggota DPRD Siak melihat fenomena ini.
Justru seorang Irving Kahar Arifin yang menyiapkan panggung berbeda ketika Afni dicekal. Irving langsung mengajak Afni berkunjung ke puncak jembatan, VC dengan Wagubri terpilih, dan berbicara sinergitas Pemkab-Pemprov untuk program pembangunan Siak ke depan. Irving tampaknya tidak rela jika ada pihak yang akan meruntuhkan reputasi seorang Afni. ***
* Penulis adalah jurnalis koran ternama di Kota Pekanbaru. Berdomisili di Kota Siak Sri Indrapura, Riau.
